Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil memiliki guru besar wanita pertama dalam bidang Geodesi Fisis.
Adalah Prof. Ir. Leni Sophia Heliani, ST., M.Sc. D.Sc. IPU. yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Geodesi Fisis pada Fakultas Teknik UGM, Selasa (16/1) di Balai Senat UGM.
Dengan dikukuhkannya Leni sebagai guru besar sekaligus menjadikannya sebagai satu-satunya guru besar wanita dalam bidang geodesi fisis di Indonesia. Selain Leni, guru besar di bidang ini di Indonesia baru ada Prof. Dr. Ir. Joenil Kahar dari ITB.
Tak hanya itu, wanita kelahiran Garut 53 tahun silam ini juga menjadi guru besar Geodesi kedua di UGM. Sebelumnya Prof. Ir. Trias Aditya Kurniawan Muhammad, S.T., M.Sc., Ph.D., IPU., dikukuhkan sebagai guru besar Geodesi pertama di UGM pada 17 Januari 2023 lalu.
“Capaian Guru Besar di Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik pada dasarnya adalah ketentuan Allah SWT dan atas dukungan dan pertolongan berbagai pihak yang sangat baik dan mulia,”tutur Leni.
Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul Geodesi Fisis Dalam Optimalisasi Penyediaan Informasi Geospasial Dasar Sebagai Referensi Pembangunan Berkelanjutan, Leni menjelaskan geodesi fisis merupakan bidang ilmu yang fokus untuk merepresentasikan bentuk dan ukuran bumi fisis dan variasinya seiring dengan waktu berdasarkan pada data gayaberat/praktisnya gravitasi. Sementara, penentuan geoid merupakan salah satu kajian utama dalam bidang ilmu geodesi fisis selain juga mempelajari dinamika bumi berdasarkan data gaya berat. Geoid sebagai bidang geopotensial merepresentasikan distribusi massa bumi sehingga dapat digunakan sebagai bidang referensi tinggi yang ideal dan nyata.
Lebih lanjut ia menyebutkan dalam pembangunan yang berkelanjutan memerlukan data dan informasi geospasial. Salah satunya adalah data dan informasi tinggi yang valid, akurat, konsisten, dan terintegrasi yang bisa direalisasikan dengan mengacu pada geoid yang akurat, seamless, dan konsisten di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan berbagai tantangan dari kondisi geografis, geologis, luas wilayah, ketersediaan, pengadaan dan pengelolaan serta pengembangan metode-teknologi pendefinisian geoid, Leni menekankan perlunya inovasi, integrasi dan kolaborasi dari semua pengampu kepentingan dalam mengembangkan geoid Indonesia. Pengembangan geoid yang dimaksud adalah yang teliti, seamlees, konsisten, dan terkini sesuai kondisi geodinamika Indonesia serta mengimplementasikannya sebagai sistem dan kerangka referensi vertikal survei dan pemetaan nasional.
Dengan mendefinisikan geoid nasional teliti, lanjutnya, maka banyak permasalahan konseptual dan praktis lapangan yang bisa diselesaikan sekaligus mengoptimalkan dan meunifikasi atau mengkonsistenkan semua hasil pengukuran 3D dari berbagai metode pengukuran baik terestris maupun ekstraterestris. Lalu, melalui upaya mendefinisikan geoid seamless antara darat dan laut, pekerjaan survei dan pemetaan serta pembangunan di wilayah pesisir yang sangat dinamik bisa terintegrasi antara darat dan laut. Hal tersebut bisa terwujud karena menggunakan bidang referensi 3D yaitu bidang referensi horizontal dan tinggi yang konsisten.
“Ilmu geodesi fisis sebagai bidang pokok keilmuannya perlu senantiasa dikuatkan dan dikembangkan dalam bidang Teknik Geodesi-Geomatika,”tuturnya. (Sumber: web UGM)