Kondisi alam menginspirasi masyarakat Kota Magelang dalam mengembangkan kotanya. Tujuh gunung mengelilingi Kota Magelang membentuk tempat-tempat suci dengan fungsinya masing-masing, yang didukung dengan tanah yang subur dan strategis karena berada di jalur utama transportasi.
etak kota yang berada di lembah, memungkinkan terbentuknya panorama yang indah Kota Magelang. Alam dengan potensinya serta kondisi geografis yang unik telah memberi inspirasi pada masyarakat untuk mengembangkan ruang-ruang kota dengan fungsinya masing-masing dalam bidang pemerintahan, pertahanan atau militer, lahan pertanian dan perkebunan serta menjadi tempat untuk beristirahat sambil menikmati keindahan alam dan hawa yang nyaman.
“Namun seiring dengan waktu, telah terjadi perubahan dalam memandang alam sebagai inspirasi. Beberapa ruang terbuka hijau telah berubah menjadi pertokoan, ruang bersejarah dengan potensi kesuburan tanahnya serta panorama alamnya berubah menjadi perumahan maupun pertokoan,” ujar Wahyu Utami di KPTU Fakultas Teknik UGM, Senin (9/12) saat menempuh ujian terbuka Program Doktor Bidang Ilmu Arsitektur.
Alam sebagai inspirasi dalam membangun Kota Magelang mengalami penurunan makna. Hal itu diperlihatkan dengan adanya perubahan orientasi kawasan dan bentuk bangunan karena alasan kepentingan ekonomi. Keindahan sebagai keunggulan kawasan ditinggalkan dengan diikuti perubahan fungsi kawasan.
“Perubahan fungsi kawasan yang tidak lagi mempertimbangkan alam sebagai keunggulan, tentu menjadi penghalang bagi kawasan lain untuk menikmati keindahan alam sehingga mempengaruhi bentuk dan orientasi bangunan baru lainnya,” papar Wahyu Utami.
Dalam pandangan dosen Teknik Arsitektur Universitas Sumatra Utara, ada empat temuan konsep saujana Kota Magelang yang menunjukkan adanya interaksi masyarakat dengan alam kota yang telah mempengaruhi bentuk kota dan bentuk bangunan. Keempat temuan konsep saujana tersebut kesucian, kesuburan, keindahan dan kestrategisan.
Kesucian menggambarkan kesucian yang dibentuk oleh tujuh gunung yang mengelilingi Kota Magelang didukung dengan dua sungai mengalir dan tanah yang subur serta panorama yang indah. Kesuburan menggambarkan tanah yang subur di Kota Magelang dan sekitarnya yang menginspirasi dikembangkannya lahan pertanian dan perkebunan meski saat ini kondisi tersebut telah dipengaruhi oleh pertimbangan perekonomian kota.
Keindahan, menurut Wahyu Utami, menggambarkan keindahan panorama yang diciptakan oleh gunung, kaki gunung, sungai dan bukit yang menjadi inspirasi dikembangkan sebagai kota peristirahatan. Sementara kestrategisan menggambarkan letak Kota Magelang yang berada di cekungan gunung membentuk jalur strategis Utara-Selatan yang menjadi inspirasi dalam mengembangkan pusat aktivitas dan pertahanan.
“Wujud keunggulan Kota Magelang terletak pada bentuk kota, kawasan dan bangunannya. Keempat konsep suci, subur, indah dan strategis menunjukkan ekspresi masyarakat dalam kesinambungan dengan perubahan, continuity with change sebagai bagian dari tata kehidupan. Sayang, nilai keunggulan ini mengalami penurunan karena adanya degradasi kualitas pemikiran yang disebabkan oleh budaya para pembuat kebijakan, investor dan masyarakatnya dalam menghubungkan kepentingan perekonomian dengan potensi alam yang dimiliki,” ungkapnya.
Mempertahankan desertasi “Konsep Saujana Kota Magelang”, promovenda yang terlahir di Magelang, 8 juni 1975, dalam ujiannya didampingi promotot Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M.Phil, Ph.D, Ir. Ikaputra, M.eng, Ph.D dan Dr. Laretna T. Adhisakti, M.Arch. Ia berpendapat saujana perkotaan pada umumnya memiliki nilai yang unik pada alam yang membentuknya, gunung, pegunungan, sungai, bukit, perbukitan, lembah dan kaki gunung.
Karena itu, sarannya, perubahan budaya dan cara pandang perekonomian sebaiknya tidak menurunkan nilai-nilai keunggulan saujana. “Pengelolaan dalam kesinambungan konsep yang sudah terbentuk menjadi aspek penting dalam menjaga keunggulan dengan tetap mempertimbangkan alam sebagai inspirasi dalam membangun kota,” katanya. (Humas UGM/ Agung)
sumber: ugm.ac.id