Tim Eco Engineer yang beranggotakan Mayradaffa Adyudya (S1 Teknik Mesin 2019), Rakhmat Eko Saputro (S1 Teknik Nuklir 2019), dan Resa Wardana Saputra (S1 Teknik Kimia 2019), dengan pembimbing Ahmad Agus Setiawan, ST., M.Sc., Ph.D., berhasih raih juara 2 pada Energy Idea Competition – International Science and Technology Fair 2021.
Pada kompetisi yang diselenggarakan Universitas Pertamina – Persatuan Insinyur Indonesia, pada 13 Maret – 30 Juni 2021 ini, Adyudya dkk. mengajukan karya “Floating Photovoltaic-Vertical Wind Axis Turbine Pada Pesisir Pantai Desa Reka Nusa Tenggara Timur Sebagai Upaya Pemerataan Telekomunikasi Di Daerah 3t Berbasis Sumber Energi Terbarukan”.
Ide inovasi ini berawal dari permasalahan telekomunikasi yang ada di Indonesia. Daerah 3T merupakan daerah yang kerap mengalami masalah pemerataan komunikasi. Pada daerah 3T pula terdapat masalah elektrifikasi yang belum merata dikarenakan kondisi geografis yang sulit untuk mendistribusikan listrik. Salah satu daerah yang mengalami masalah tersebut ialah pada Desa Reka, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Usulan inovasi yang diajukan sebagai solusi atas permasalahan tersebut ialah sistem sumber energi terbarukan berbasis Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine sebagai sumber energi catu daya menara BTS dengan daya 1500W.
Penggunaan sistem Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine didasarkan kepada potensi Kabupaten Ende yang memiliki potensi energi surya dan energi angin yang cukup baik dengan nilai GHI sebesar 5,76 kWh/m2/hari serta kecepatan angin rata-rata sebesar 4-5 m/s dengan densitas energinya sebesar 288 W/m2, didasarkan dari sumber data menggunakan aplikasi HOMER. Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine terdiri dari 3 buah panel surya dengan ukuran 1m x 1,6m dengan keluaran daya maksimum sebesar 317,968W dengan total energi yang dibvangkitkan perharinya sebesar 4.22 kWh/day serta 3 buah turbin angin berjenis Savonius-Darrieus Wind Turbine yang disusun secara seri pada bagian bawah panel surya dengan asumsi dapat menghasilkan energi sebesar 300-450 Wh/turbin atau 3 turbin setara dengan energi sebesar 8.64 kWh/day melalui asumsi tidak ada dampak dari disrupsi yang mempengaruhi losses dengan menggunakan teori Betz Limit.
Sistem FPV yang digunakan ialah FPV berbasis pontoon dengan material buoyant berasal dari HDPE (High-Density Polyethylene) dan disambung terhadap jangkar dan sistem mooring. Pemilihan sistem FPV berbasis pontoon dimaksudkan untuk menambah efisiensi yang dihasilkan. Dari hasil kalkulasi yang telah dilakukan, untuk menyuplai energi BTS 1500 Watt diperlukan 3 buah modul Hybrid Floating Photovoltaic-Vertical Axis Wind Turbine. Dengan energi yang dibangkitkan sebesar 38,58 kWh/day.
Inovasi ini diharapkan dapat mendukung terimplementasinya poin SDGs berupa SDG no 7 (Renewable Energy). “Semoga bentuk inovasi juga bisa jadi pertimbangan untuk pengembangan energi terbarukan lainnya dalam rangka optimalisasi elektrifikasi di seluruh Indonesia,” harap Adyudya. (Humas FT: Purwoko/Sumber: Tim Eco Engineer)