Menandai peringatan empat puluh hari kepergian Dr. Sinyo Harry Sarundajang, Pusat Penelitian Panas Bumi FT UGM dan Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) selenggarakan Memorial Lecture pada tanggal 29 Maret 2021. Kegiatan ini dilaksanakan 1 hari setelah pembangunan makam, secara luring dari Taman Sarundajang dengan penerapan protokol kesehatan dan daring melalui zoom dan Youtube Channel UGM. Peserta luring berasal dari keluarga, kerabat, dan perwakilan Pemerintah Daerah. Memorial Lecture bertema “Energi Terbarukan dalam Konteks Geostrategi” yang digagas oleh UGM itu bertujuan untuk mengenang kontribusi keilmuan almarhum di bidang Geostrategi.
Memorial Lecture kali ini terkait dengan energi terbarukan yang merupakan hasil pengembangan oleh Dr. Pri Utami yang berlatar belakang ilmu teknik geologi bersama Dr. S.H. Sarundajang yang berlatar belakang ilmu politik. Didahului dengan tayangan video pengantar tentang berbagai macam energi terbarukan, dilanjutkan paparan tentang pengertian tentang geostrategi, posisi Indonesia dalam percaturan politik global dan regional, isu global terkini tentang energi, serta bagaimana gambaran sektor energi Indonesia. Dijelaskan pula peran energi terbarukan dalam mitigasi perubahan iklim seperti yang tertuang dalam Paris Agreement, dan bagaimana Kebijakan Energi Nasional (KEN) dimaknai sebagai bagian dari geostrategi. Bagaimana seharusnya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga menjadi hal yang digaris bawahi pada acara ini.
Gambaran umum sektor energi di Rep. Filipina, Rep. Palau dan Rep. Kepulauan Marshall yang merupakan negara-negara akreditasi tempat Dubes Sarundajang bertugas (2018 – 2021) juga dikupas. Pandemi Covid-19 yang memukul semua sektor justru harus dipandang sebagai momentum yang menyadarkan manusia akan perlunya lingkungan yang bersih, yang hanya dapat dicapai jika kita memakai energi bersih. Terakhir dibahas mengenai pelaksanaan diplomasi energi Indonesia.
Terdapat sekitar 160 peserta daring yang berasal dari kalangan akademik (mahasiswa dan dosen Universitas Gadjah Mada, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Negeri Manado, Universitas Hasanuddin, Universitas Muslim Indonesia Makassar, Universitas Negeri Padjajaran, serta guru-guru), Kedutaan Besar RI di Manila, pegawai pemerintahan, pegiat energi terbarukan, dan masyarakat umum.
Diskusi dari lokasi bersama Dr. Pri Utami dan dipandu oleh Dr. Khasani dari Yogyakarta berlangsung hangat. Terjadi pertukaran pendapat yang mengantaran pada beberapa kesimpulan, antara lain: (1) perlunya strategi pembangunan yang berjangka panjang yang berorientasi untuk kelestarian lingkungan; (2) perlunya peningkatan komitmen politik yang tercermin pada regulasi dan kebijakan yang saling mendukung untuk kemajuan energi terbarukan; (3) dukungan bagi pengembangan sains dan teknologi untuk eksplorasi dan optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan; (5) peningkatan peran wanita dalam mendorong penggunaan energi terbarukan.
Peserta dari Sulut pada umumnya mengharapkan agar bentuk-bentuk energi terbarukan di Sulut selain panas bumi, misalnya arus laut, juga dikembangkan. Selain tercukupinya kebutuhan listrik dari panas bumi, masyarakat juga menginginkan bimbingan dari pihak-pihak yang berkompeten dan dukungan Pemerintah Daerah untuk dapat menikmati keberadaan panas bumi secara langsung. Misalnya, dalam pengolahan produk-produk pertanian seperti kacang Kawangkoan dan hasil bumi lainnya, serta dalam pengembangan pariwisata berbasis panas bumi. Para guru mengharapkan adanya peran aktif kampus untuk membantu mengembangkan muatan edukasi tentang energi terbarukan bagi siswa sekolah.
Ibu Deetje Sarundajang Laoh Tambuwun dan putrinya, Vanda Sarundajang dalam sambutannya menyampaikan terimakasih atas kegiatan oleh UGM ini. Keluarga berharap S.H. Sarundajang Memorial Lecture bermanfaat bagi masyarakat luas, dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dengan mengangkat bidang-bidang keilmuan lainnya yang terkait dengan geostrategi. (Sumber: Dr. Khasani/Editor: Purwoko)