Air sungai melimpah, namun keruh dan tidak layak digunakan menumbuhkan keinginan Dr. Muslim Mahardika untuk memberikan solusi. Solusi tersebut yaitu menyaring air yang keruh menjadi layak digunakan sebagaimana air bersih. Untuk menindaklanjuti hal ini Dr. Muslim kemudian mengontak Dr. Gunawan Setia Prihandana, alumni Teknik Mesin FT UGM yang sedang melakukan penelitian di Kyoto University. “Adakah solusi?”, demikian kurang lebih yang ditanyakan Dr. Muslim.
Jawaban menggembirakan dari Dr. Gunawan yang mengatakan siap dengan solusi, ditindak lanjuti dengan riset. Melalui pendanaan dari program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT), dibuatkan alat untuk menyaring air. Riset ini berhasil. Air yang tadinya keruh pun menjadi bersih.
Itulah awal mula munculnya iiToya, gabungan dari kata “ii” dari bahasa Jepang yang artinya bagus, dan “toya” dari bahasa Jawa yang berarti air. Secara harfiah iitoya berarti air yang bagus, yang sesuai untuk peruntukannya. Fakultas Teknik UGM kemudian memfasilitasi pendanaan untuk riset melalui hibah. Saat ini, produk iiToya sudah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat melalui program PPBT Kemenristekdikti.
***
iiToya memanfaatkan membran yang dibuat sendiri. “Jika membeli harganya sangat mahal,” kata Dr. Tutik Sriani, salah satu periset iiToya. Dr. Tutik membeberkan selisih harga yang signifikan jika harus impor membran dibandingkan dengan membeli bahan baku kemudian mengolahnya sendiri. Kolaborasi Dosen dan Alumni FT UGM ini bertujuan untuk membantu masyarakat. “Ya sudah, kita akan bantu masyakarat melalui penyaringan air,” kata Dr. Muslim.
iiToya memiliki beberapa tipe produk untuk digunakan di kran air: Kode ITO 01 untuk makrofilter (sanitasi), ITO 02 untuk mikrofilter (konsumsi). ITO CA untuk filter pereduksi zat kapur, ITO-FE untuk filter pereduksi zat besi. Saat ini iitoya juga telah mengembangkan filter jumbo yang dapat diletakkan di tandon air.
Filter pereduksi zat kapur mampu mereduksi kandungan kapur hingga 98%, dengan masa penggunaan selama 9-12 bulan. Sementara filter zat besi mampu mereduksi juga hingga 98%, sekaligus mereduksi kandungan kaporit hingga 50%, dengan masa pakai 9-12 bulan. Disediakan refill pengganti agar lebih ekonomis dalam memperolehnya.
“Trend masyarakat saat ini adalah membeli air isi ulang, yang mana sumber airnya diambil dari daerah tertentu, biasanya di kaki pegunungan. Apa yang terjadi? Ada pengambilan air tanah secara masif yang mengakibatkan perubahan struktur akuifer dalam tanah. Hal ini menyebabkan menipisnya air tanah yang berujung pada kekeringan. Kita ingin mengajak masyarakat untuk menggunakan air tanahnya sendiri sehingga keseimbangan air tanah akan tetap terjaga”, tegas Dr. Tutik.
***
iiToya, sampai saat ini sudah dimanfaatkan oleh rumah tangga dari berbagai daerah. Paling banyak dari Sumatra dan Kalimantan. Agar lebih yakin, masyarakat diminta mengirimkan contoh air tanahnya (dengan dibiayai iiToya), untuk diuji di Jogja. Hasil pengujian akan menentukan, apakah penyaringan cukup hanya dengan makro/mikrofilter, atau kombinasi pereduksi zat kapur dan zat besi, karena memang karakteristik air tanah di tiap daerah berbeda-beda.
Fakultas Teknik UGM ikut memfasilitasi melalui program CPPBT Dikti. “Melalui FT UGM lah kami mengajukan hibah,” tegas Dr. Muslim. Setidaknya, menurut Dr. Muslim, ada tiga hasil dari riset ini: paper, kemudian produk, serta paten. Paten dari iiToya diatasnamakan UGM, dan saat ini sedang lakukan proses pengajuan.
“Yang jelas, Pak Dekan meminta untuk lebih aktif membantu masyarakat yang kurang mampu,” Dr. Muslim menyampaikan permintaan Dekan FT UGM. Tidak menutup kemungkinan, jika ada Corporate Social Responsibility (CSR) yang ingin berkolaborasi, ada harga khusus yang ditawarkan oleh iitoya. “Kita ingin membantu agar kebutuhan air bersih masyarakat dapat terpenuhi, itu saja,” tutup Dr. Tutik. (Humas FT: Purwoko/Foto: iiToya).