UGM bersama Kementerian Perhubungan akan membangun hunian transisi menuju permanen (Huntrap) di beberapa desa di Pulau Lombok yang terdampak gempa.
Pembangunan ini menjadi salah satu upaya UGM untuk mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca rangkaian gempa berkekuatan besar yang menimbulkan kerusakan fisik yang cukup parah serta mengakibatkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
“Prinsipnya adalah membuat hunian transisi yang cepat tapi kuat sekaligus bisa dikembangkan menjadi hunian tetap, menjadi rumah tumbuh,” ujar Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D, Senin (27/8).
Dalam kejadian bencana besar, setelah tahap tanggap darurat, tahap berikutnya adalah merumahkan kembali para korban yang mengungsi. Dalam kasus gempa, jelas Nizam, proses ini menjadi lebih kompleks karena rumah para korban telah runtuh sehingga mereka tidak memiliki tempat untuk kembali dan tinggal dengan nyaman dan aman.
“Untuk membangun kembali rumah yang roboh perlu waktu yang tidak pendek, sementara kebutuhan hunian tidak bisa lama menunggu, belum lagi bila musim hujan datang,” terangnya.
Tim Fakultas Teknik UGM mengembangkan konsep hunian transisi menuju tetap (HUNTRAP), yaitu membuat rumah transisi yang nantinya bisa dikembangkan menjadi hunian tetap. Pembangunan tiap unit huntrap, ujarnya, bisa diselesaikan dalam waktu 2 hari. Karena itu, hunian ini bisa menjadi solusi yang efektif untuk mempercepat proses rehabilitasi. Usulan pembangunan hunian ini sendiri, kata Nizam, berkaca pada peristiwa gempa yang melanda wilayah DIY tahun 2006. Dalam kasus tersebut, utk memenuhi kebutuhan transisi dibangun hunian sementara (huntara) yg dilakukan oleh lembaga-lembaga donor. Saat itu sekitar 250 ribu huntara yang dibangun dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun huntara bersifat sementara sebelum hunian tetap selesai dibangun.
Hunian yang dirancang oleh tim dari Fakultas Teknik UGM ini akan dibangun dengan struktur rangka baja yang banyak tersedia di pasar, yaitu berupa 2 baja canal CNP 100 ber-SNI yang ditangkupkan menjadi box, kemudian dirangkai menjadi balok dan kolom dengan modul sekitar 3 meter.
Proses pembangunan hunian percontohan akan dimulai pada Selasa (28/8) di lokasi KKN Peduli Bencana UGM di Desa Gumantar, serta di dua desa lainnya di Kabupaten Lombok Utara. Pengerjaannya sendiri akan dilakukan bersama masyarakat melalui konsep pemberdayaan serta dengan menggerakkan ekonomi setempat, dengan dukungan dari KAGAMA, Katgama, DERU, relawan mahasiswa dan dosen FT UGM, serta tim KKN Peduli Bencana.
“Besok mulai kita kerjakan pembuatan beberapa percontohan untuk melatih tukang-tukang setempat. Targetnya tanggal 9 September nanti akan diresmikan oleh Menteri Perhubungan,” imbuh Nizam.
Usai melakukan inisiasi pembangunan hunian percontohan, tim FT UGM bekerja sama dengan Kemenhub akan membangun huntrap di desa Karang Pangsor yang letaknya tidak jauh dari Pelabuhan Pemenang, Lombok Utara. Secara keseluruhan, jumlah hunian yang akan dibangun pada tahap ini sekitar 25 rumah.
Selain merancang HUNTRAP yang akan segera diimplementasikan, tim relawan dari Fakultas Teknik bersama Kementerian PUPR sebelumnya juga telah membangun beberapa unit rumah instan sederhana sehat (Risha) serta fasilitas MCK di desa-desa yang terdampak gempa. Pembangunan Risha sendiri merupakan program yang dicanangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dalam pelaksanaannya melibatkan dosen, mahasiswa, serta alumni Fakultas Teknik UGM dari Prodi Teknik Sipil serta Arsitektur.